Jumat, 06 Mei 2011

[Sinopsis] Nobuta wo Produce Episode 1 Part 2

Rupanya, ibu Shuji sedang ada di sebuah restoran di luar negeri,”Apa kalian baik-baik saja? Apa maksudmu aku ada dimana? Aku ada di Nigeria! Aku sedang bekerja. Apa makan malam kalian kali ini?”, tanya ibu Shuji ceria. Shuji, Koji dan ayahnya lega karena ternyata ibu mereka masih hidup, mereka lalu tertawa gembira bersama.
Keesokan harinya, Shuji sekolah seperti biasanya dan dia masih setia mengunjungi bekas area pohon willow di tepi sungai.
Saat Shuji sedang main basket bersama Mariko, dia melihat Kotani yang makan siang menyendiri, Shuji berusaha untuk tidak peduli pada urusan Kotani.
Shuji dan Kusano melihat Kotani yang sedang dikerjai Bando dan kawanannya di kamar mandi. Mereka menyiram Kotani dengan air hingga baju seragam Kotani basah. Kusano mengamati dengan tatapan tidak suka sementara Shuji berusaha cuek. Bando dan kawanannya berhenti saat mereka melihat Kusano ada di belakang mereka dan melihat semuanya. “Pergi kalian semua”, kata Kusano pada Bando dan kawanannya. “Jangan masuk ke kamar mandi perempuan!”, seru Bando kesal lalu menyiram Kusano dengan selang air. Shuji tak tahan dan akhirnya masuk juga,”Hai kalian, Sebastian datang!”, katanya mengalihkan perhatian Bando dan kawanannya agar mereka pergi.
Shuji lalu mengulurkan tangannya pada Kotani agar Kotani berdiri, tapi Kotani tak juga bereaksi. Akhirnya Shuji menarik Kotani dan mengajaknya ke atap sekolah untuk mengeringkan baju Kotani dan Kusano yang basah.
Shuji : Kau! bisakah kau berperilaku lebih normal?
Kusano : Ya ya, merubah dirimu bisa membuat perubahan besar.
Kotani : Tak ada apapun yang bisa kuubah.
Shuji : Tidak ada?
Kotani : Tidak. Tidak mungkin. Tak ada apapun yang bisa kuubah.
Kusano : Kenapa menyerah dari awal?
Kotani : Dulu aku pernah berpikir untuk merubah diriku. Ibuku menikah lagi, aku punya ayah baru tapi aku tak begitu saja menerimanya. Kemudian kupikir itu sungguh buruk jadi aku mencoba dengan keras, aku mencoba sangat keras dan berkata
“Ayah…”, panggil Kotani kecil pada ayah tirinya yang sedang sibuk memperbaiki alat elektronik. Ayahnya menoleh dan berkata,”Ah gomen [maaf] aku menikahi ibumu, tapi aku bukan ayahmu”. Kata-kata ayah tiri Kotani saat itu membuat Kotani kecil sangat sedih.
Kotani : Aku malu. Aku sangat malu hingga aku ingin menghilang. Kata-kata bahwa jika kau berusaha maka kau akan berhasil atau jika kau membuka hatimu pada orang lain maka kau akan mendapatkannya… Aku tidak percaya hal seperti itu. Maksudku, bahkan jika aku membuka hatiku, aku hanya akan merasa menderita.
Kusano menghela nafas : Kau tidak boleh mengatakan hal itu.
Kotani : Aku tidak peduli. Aku sudah sering dipermainkan, selalu seperti itu. Dan mungkin juga mulai sekarang.
Shuji yang dari tadi diam saja akhirnya berkomentar juga,”Bagaimana kau bisa begitu pasrah? Disiram air, bento-mu dibuang begitu saja, apa kau baik-baik saja dengan semua itu ? Hei!! Jangan memutuskan bahwa kau tidak akan berubah bahkan sebelum kau memulainya! Maksudku, kita harus melewatinya. Kita semua harus begitu, di sekolah yang kecil ini”. Kotani mengangkat kepalanya yang dari tadi menunduk, tampak memikirkan kata-kata Shuji.
“Bando tidak akan menyerah begitu saja”, kata Kusano saat mereka jalan pulang bersama. “Dia bilang dia akan memaafkanku jika aku membaca di Go-yoku Do”, cerita Kotani. Kusano berkata bahwa hanya orang yang berpenampilan baik yang bisa membaca buku di Go-yoku Do. “Bando bilang aku harus membaca di Go-yoku Do hari ini”, ucap Kotani lagi. “Tidak mungkin…Dia hanya ingin menertawakanmu karena itu tidak mungkin. Yaa ya…”, terang Kusano. Shuji yang jalan di depan tampak berpikir,”Ayo pergi membaca!”, seru Shuji pada Kusano dan Kotani kemudian.
Mereka bertiga sampai di gang tempat Go-yoku Do berada, tapi Shuji hanya menunggu tempat yang agak jauh. Melihat Kotani yang menghentikan langkahnya tak berani masuk, Shuji akhirnya jalan dan masuk duluan ke Go-yoku Do. “Bisakah aku mendapatkan buku?”, tanyanya pada pemilik Go-yoku Do. Pemilik Go-yoku Do mengangguk dan bertanya buku apa yang diinginkan Shuji. Shuji melihat ke sekeliling, lalu dia menunjuk satu rak buku dari ujung sampai ujung dan bertanya,”Bisakah aku meninggalkan buku-buku ini di sini untuk dua atau tiga hari?”. “Ya, tentu saja”, jawab pemilik Go-yoku Do tersebut. “Dan… untuk penelitian, bisakah kami membaca di sini?”, tanya Shuji lagi. “Ya, tentu saja”, angguk pemilik Go-yoku Do itu lagi.
Shuji lalu lari keluar dan menarik-narik Kotani untuk masuk ke Go-yoku Do. Shuji menjelaskan pada pemilik Go-yoku Do bahwa Kotani akan membaca buku di sini. Pemilik Go-yoku Do mengangguk setuju. Shuji lalu mendekati Kusano dan menyuruhnya untuk membayar. “Aku yang bayar?”, tanya Kusano heran. “Kau bilang kau akan membantu, jadi cepatlah bayar!”, ucap Shuji. Akhirnya Kusano mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu,”Bisakah aku menggunakan ini?”, tanyanya pada pemilik Go-yoku Do. Shuji terkejut melihat kartu Kusano,”Itu kartu emas?”. (Ingat kan, sebenernya Kusano ni anak orang kaya) Pemilik Go-yoku Do melihat kartu itu lalu mengangguk untuk yang kesekian kalinya. 
Keesokan harinya di sekolah, Destiny dan siswa-siswa ribut bergosip tentang rekor baru yang mengejutkan, “Membaca selama 2 jam 10 menit! di Go-yoku Do” karena itu mengalahkan rekor Uehara Mariko selama ini. Dan siswa pemecah rekor itu tentu saja siswa baru yang menakutkan, Kotani Nobuko!
Bando dan kawanannya mengintip Kotani yang sedang membaca buku di Go-yoku Do dengan sebal.
Mendengar bahwa Kotani yang “buruk” bisa masuk ke Go-yoku Do, maka Guru Sebastian pun mencoba peruntungan itu dan hasilnya sudah bisa ditebak, dia langsung diusir.
Seketika itu pula, Kotani berubah menjadi gadis yang populer dan membuat penasaran banyak siswa. Dia bahkan diminta oleh Destiny untuk foto bersama Uehara Mariko dan foto itu terpampang di mading sekolah. Bando melihat artikel foto Kotani dan Mariko tersebut dengan tatapan sangat tidak suka lalu merobek artikel itu dengan geram.
Setelah peristiwa itu, Kusano semakin sering menempel dan mengikuti ke manapun Shuji pergi. Kusano mengatakan bahwa Kotani tidak akan dipermainkan lagi karena sekarang dia sudah mulai populer, tapi Shuji tak sependapat.
Shuji : Dengarkan! Saat seseorang berada di bawah dan ingin menjadi populer, menjadi normal saja tidaklah cukup. Sampai dia mencapai level tertinggi, orang-orang tidak akan mengubah pandangan mereka.
Kusano : Tentu saja. Jadi, ayo kita jadikan Kotani sampai ke level tertinggi!
Shuji : Jangan berkata seperti hal itu mudah dilakukan.
Mereka berdua naik ke atap sekolah, tempat favorit mereka meskipun Shuji selalu berusaha agar tidak terlihat dekat dengan Kusano. Kusano meminta pada Shuji untuk membuat Kotani sebagai gadis paling populer di sekolah mereka. “Apa tujuanmu?”, tanya Shuji.
Kusano : Kau yang mengatakan sebelumnya… untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan orang lain.
Shuji : Aku mengatakannya, tapi…
Kusano : Kita dapat memproduseri Kotani.
Shuji : Kita? Kita? Bukankah kau seharusnya yang lebih pantas diproduseri?
Kusano : Aku juga. Kau bisa melakukan itu juga padaku…
Shuji tidak mau melakukannya dan dia melangkah pergi meninggalkan Kusano tapi Kusano tetap memohon, “Tolonglah Kiritani Shuji, produser!”.
Mendengar penuturan Kusano, hati Shuji sepertinya mulai tergerak. Dia mengamati artikel foto Kotani dan Mariko lalu menggumam,”Apakah mungkin untuk mengubah dunia? Bahkan orang seperti kami?”.
Setelah menimbang dan memikir, Shuji memutuskan untuk bersedia memproduseri Kotani menjadi gadis paling populer di sekolah, tapi ternyata justru Kotani yang menolaknya,”Tidak, aku tidak mau”. Kusano mengejar Kotani, memegang pipinya dan bertanya,”Kenapa?”. “Aku tidak ingin berbohong. Meskipun tentang Go-yoku Do, aku tidak benar-benar cantik”, jawab Kotani.
Kusano : Tapi semua orang berpikir seperti itu! Siapa yang peduli? Yang terpenting adalah bagaimana pendapat orang .
Kotani : Aku akan mengatakan pada semuanya apa yang sebenarnya terjadi.
Kotani melangkah pergi dan Kusano mencegahnya lagi,”Kenapa? Jangan!”. Shuji yang dari tadi jadi pendengar setia akhirnya mengeluarkan suara,”Kotani”, panggil Shuji. Kotani terhenti oleh panggilan Shuji.
Shuji : Bukankah sekarang ini kesempatanmu? Jika kau tidak mengubah dirimu sendiri kau akan selalu dipermainkan sampai akhir hidupmu. Kau benar-benar akan dicabut, seperti pohon willow. Apa kau baik-baik saja dengan itu?
Kotani : Karena itulah aku bilang tak akan ada yang berubah. Dunia ini sama saja, tak peduli sejauh mana aku pergi, dunia yang tidak bisa kutinggali. Hanya akan seperti itu.
Shuji : Jadi buatlah satu, dunia di mana kau bisa tinggal! Aku akan membuatkannya untukmu!
Kusano bertepuk tangan senang : Dia akan membuatkannya untukmu.
Tapi Kotani tetap keras kepala,”Aku tidak memerlukannya”, ucapnya lalu pergi meninggalkan Kusano dan Shuji.
Bu Catherine memanggil Shuji untuk membantunya mengambil kardus yang letaknya tinggi. Meskipun Shuji sudah berpijak pada kotak kayu, tapi dia masih kurang tinggi, tangannya tetap tak bisa meraih kardus itu dan akhirnya dia jatuh, tertimpa kardus-kardus dari atas hingga isi kardusnya berserakan di mana-mana.
“Apa kau baik-baik saja? Ayo bereskan semua ini!”, ucap Bu Catherine. Bu Catherine lalu menemukan sesuatu, dia tersenyum senang,”Ini, ini adalah tangan monyet”. “Apa itu tangan monyet?”, tanya Shuji tak paham.
Bu Catherine : Kau tidak tahu? Ini akan mengabulkan tiga permintaanmu.
“Dengan ini?”, tanya Shuji lagi. “Ahh…sungguh beruntung. Aku menemukan satu lagi! Aku akan memberikannya untukmu”, seru Bu Catherine riang sambil memberikan tangan monyet itu pada Shuji. “Harapanmu…Kau Harus Mengucapkannya Dengan Keras!!”, seru Bu Catherine memperagakan bagaimana menggunakan tangan monyet itu. Shuji mengamati tangan monyet itu lekat-lekat.
Di pojokan sekolah, Shuji mengucapkan harapannya seraya meletakkan tangan monyet itu di dahinya,”Aku berharap pohon willow-ku hidup dengan baik di tempat yang berbeda”. “Apa yang kau lakukan? Apa itu? Itu menjijikkan!”, muncul suara Kusano yang membuat Shuji tergeragap kaget. “Aku akan memberikannya padamu”, ucap Shuji. Shuji menjelaskan bahwa itu adalah tangan monyet yang bisa mengabulkan tiga permintaan, Shuji sudah membuat 1 permintaan jadi masih tersisa 2 permintaan lagi. “Apa yang harus kuminta?”, tanya Kusano. “Aku tidak tahu”, jawab Shuji melengos pergi.
Bando dan kawanannya masih saja mengganggu Kotani, mereka mendorong-dorong Kotani dan menyudutkannya. Saat itulah Kotani teringat kata-kata Shuji dan dia dengan berani mendorong balik Bando yang mengganggunya. Setelah memukul Bando, Kotani langsung lari.
Shuji mendapat laporan dari temannya bahwa Bando menjaili Kotani lagi. Seperti biasa, Shuji pura-pura cool dan terlihat tidak terlalu tertarik dengan urusan Kotani, tapi dia langsung pergi juga setelah berbasa-basi dengan temannya itu agar temannya itu tidak curiga.
Bando dan kawanannya mengejar-ngejar Kotani ke sekeliling sekolahan. Shuji mencari Kotani kesana kemari [masih tetap dengan gayanya yang cool]. Sampai di halaman sekolah, Bando dan kawanannya berhasil menangkap Kotani, mereka mendorong-dorong, menarik, menyeret-nyeret Kotani dengan kasar dan menjatuhkannya ke lapangan pasir. Kotani berusaha melawan dan kabur lagi keluar sekolah. Kotani berusaha lari sekuat tenaga mengindari kawanan Bando hingga dia terjatuh-jatuh. Sementara Shuji juga masih mencari Kotani kesana kemari hingga ke atap sekolah.
Kotani : Dunia ini, tak peduli sejauh mana aku pergi adalah dunia yang sama. Dunia yang tidak seharusnya aku tinggali. Selamanya…selalu berlanjut
Kotani berlari hingga ke Go-yoku Do, tanpa pikir panjang dia langsung masuk ke toko buku tersebut. Bando dan kawanannya pun mengejar Kotani dan ikut masuk ke Go-yoku Do, tapiii!!! pemilik Go-yoku Do selalu siaga dan langsung menyeret Bando keluar tokonya karena gadis kebai dilarang masuk. Bando dilempar ke jalan dengan keras oleh pemilik Go-yoku Do untuk kedua kalinya! Dari dalam toko, Kotani yang masih terengah-engah melihat Bando dan kawananannya yang tak iijinkan masuk.
Lalu bagaimana dengan Shuji? Dia hanya bisa menemukan dasi Kotani yang sobek di lapangan pasir.
Pemilik Go-yoku Do [yang ternyata baik hati] mengajak Kotani untuk duduk di meja dan memberikannya secangkir teh hangat. Kotani melihat ke deretan buku di rak-rak sekelilingnya dan berucap,”Ini seperti ada di dunia yang berbeda”. “Dunia yang aku buat”, kata pemilik Go-yoku Do. Kotani memandang pemilik Go-yoku Do tersebut, lalu meminum teh-nya dan saat dia mendongak ke atas, dia melihat banyak tulisan-tulisan yang ditempel di atas eternit.
Saat Kotani jalan pulang, di taman bermain dia melihat Bu Catherine yang sedang mengucapkan jampi-jampi dengan tangan monyet agar rambut Pak Kepala Sekolah tidak tumbuh selama tiga tahun hingga dia botak (wkwkw… ni Bu wakepsek emang ada-ada aja, nyentrik pisan euy)
Bu Catherine menoleh ke belakang dan agak kaget saat Kotani ada di belakangnya,”Oh, apakah kau melihatnya?”. Kotani mengangguk, Bu Catherine tersenyum lalu melemparkan tangan monyetnya pada Kotani,”Aku akan memberikannya padamu. Masih tersisa dua permintaan”. “Apa anda tidak menyukai kepala sekolah?”, tanya Kotani. “Aku membencinya. Tapi karena pekerjaan, jadi aku harus melihatnya. Kau harus mengucapkan permintaanmu dengan keras”, jawab Bu Catherine.
Kotani : Bagiku, hilangnya rambut tidaklah cukup. Aku ingin hal yang lebih buruk.
Bu Catehrine : Orang bebas untuk berpikir apa saja. Aku sudah membunuh banyak orang dalam kepalaku. Pikiran kita sangat berguna, tanpa ada satupun yang benar-benar terjadi kau bisa berpikir dan mengubah gears. Bagaimanapun tangan monyet ini sangat ampuh. Hati-hati dengan permintaanmu.
Kotani datang ke area bekas pohon willow, dia memegang erat tangan monyetnya dan mengucapkan permintaannya dengan lantang,”Bando harus, BANDO HARUS MENGHILANG DARI DUNIA INI!!!”.
Saat mengayuh sepedanya di dekat sungai, Shuji melihat pohon willow kesayangannya kembali dan diangkut di atas kapal. Dia sangat terkejut dan langsung menjatuhkan sepedanya,”Itu pohon willow!! Itu artinya permintaanku menjadi kenyataan?”, tanya Shuji pada dirinya sendiri.
Shuji melihat Kotani yang duduk di depan area bekas pohon willow dan bergegas menyusulnya. “Kotani naiklah!”, seru Shuji agar Kotani naik ke sepedanya. Kotani tetap diam, membuat Shuji tak sabar,”Ayo naiklah!!”. “Apa?”, tanya Kotani pelan. Shuji menjelaskan kalau pohon willownya masih hidup dan pohon itu akan ditanam di tempat lain. Shuji lalu buru-buru menarik Kotani dan mendudukkannya di boncengan sepedanya.
Shuji mengejar kapal yang mengangkut pohon willow itu, sesampainya di jembatan, mata Kotani melebar dan dia tersenyum melihat pohon willow itu, “Woww”. Shuji menyuruh Kotani untuk berpegangan erat karena dia akan ngebut. Mereka berdua lalu menyusuri jalan sepanjang sungai untuk mengantar kepergian pohon willow.
Shuji dan Kotani berdiri memandangi kapal yang semakin menjauh ke arah lautan, membawa pohon willow mereka entah ke mana.
Kotani : Pohon willow itu mungkin tidak mengira kalau dia harus menyeberang ke lautan.
Shuji : Selama kau hidup, kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.
Kotani : Mereka ada… tempat dimana kau bisa memulai hidup baru. Aku…bisakah aku menjadi pohon besar? Pohon yang tidak ada seorangpun bisa mencabutnya, bisakah aku menjadi seperti itu?
Shuji mengangguk : Kau harus menjadi seperti itu.
Shuji teringat sesuatu lalu dia merogoh kantongnya dan memberikan dasi Kotani yang dipungutnya. Kotani menerima dasinya dan dia melihat di sisi belakang dasinya itu ada kepala babi. Shuji menjelaskan kalau dasi tersebut robek jadi dia menutupinya dengan kepala babi. (Waahh… Shuji keren, udah cakep, baik hati, pinter njait lagi, Kawaiii Shuji-kun) Kotani menatap dasinya lekat-lekat, air matanya mengambang di pelupuk mata.
 
Di tengah jembatan, Kotani masih memeluk erat dasinya yang sudah ditambal oleh Shuji. Dia lalu mengeluarkan tangan monyet dari dalam tasnya, mengacungkannya ke langit. Kotani menutup mata dan mengucapkan permohonan terakhirnya,”Kumohon batalkan permintaanku kalau Bando harus menghilang dari dunia ini! Aku akan hidup di dunia dimana Bando berada”. Setelah itu, Kotani membuang tangan monyet tersebut ke tempat sampah dan tepat sasaran!!
Dan di Hirayama Tofuten, Kusano mengucapkan permintaannya,”Dunia Yang Damai!!”. Dia lalu makan malam bersama dengan pria tofu dengan penuh canda tawa. (pria tofu itu mengingatkan ku pada ahjussi manager yg ada di resto Han Kang, 49 Days ^^ baik hati dan pengertian)
Shuji menyikat gigi sebelum tidur di atap rumah sambil melihat pemandangan malam kota Tokyo. (Aku suka liat rambut Shuji dikuncir gitu…mengingatkanku pada Prince J)
Hal ini sangat menakutkan. Untuk beberapa alasan, sudah diputuskan bahwa aku akan memproduseri Nobuko.
Tiga Sekawan favoritku [Shuji, Kusano dan Kotani] berkumpul di atap sekolah untuk membahas produksi Nobuko tapi karena rencana itu adalah rahasia, maka Kusano mengajukan usul untuk memberikan panggilan khusus pada Kotani Nobuko yang hanya diketahui oleh mereka saja. Shuji sepakat, dia lalu memikirkan nama yang cocok,”Nobuko, Nobuko, Nobuko, Nobuta bukan Nobuta..”. “Aku pikir Nobuta bagus!”, seru Kotani langsung setuju. [buta=babi] Shuji dan Kusano kaget,”Kenapa?”, tanya Kusano. Kotani lalu mengeluarkan dasinya dan memperlihatkan pada Kusano gambar babi yang dijahitkan oleh Shuji. “Apa ini?”, tanya Kusano penasaran. Shuji yang gengsi, refleks menarik Nobuta [mulai sekarang, aku akan panggil Kotani Nobuko sebagai Nobuta, inga’ inga’ cling!] agar menjauh dari Kusano dan mencegahnya untuk melihat gambar babi tersebut, tapi malah Nobuta yang sengaja ingin menunjukkannya pada Kusano. (Ihh… suka banget scene ini, awal kedekatan mereka)

Kadang-kadang aku ingin tahu, kenapa aku bisa bersorak dengan mereka? Dan aku berpikir kembali. Ini tentang itu lagi, bahwa ini adalah permainan. Jadi aku mulai bersenang-senang, tetapi…suatu waktu aku tidak semuanya kuketahui…
Setelah kelas sepi, ada seorang siswa perempuan yang keluar dari kelas B setelah mencoret-coret meja Nobuto dengan tulisan “MATI”.
Masa depan mungkin masih tersembunyi, sesuatu yang benar-benar gelap dan dalam. Akan ada setan jahat yang harus kami lawan, bersama-sama… 

Tubi kontinyyuuuttt ^____^

4 komen ^__^:

Princess Lia mengatakan...

aya!!!! fighting....!!! gumawo untuk recapsnya..

syaoran mengatakan...

Kmrn masih lum ngeh.. tp skrg q merasa pernah tau cerita ini.. ni dorama lm pa br ya mbak aye?

Vialin mengatakan...

Lanjut terus ya sampe ending....
Jangan mutung di tengah jalan... (Curcol*sebel bgt da ngikutin n baca eh.. Ga ada endingnya-spt blog lain)

diean Rangers kuning mengatakan...

humz,,,,,,ug lum die lanjutin recaps na,,,,,,,,lanjutin lagi dunk,,,,semangat,,,,